Minggu, 15 Mei 2011

balaghoh


تقسيم الكلام الى خبر وانشاءالخبر والاغرض من الاقائه
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur
Mata Kuliah  BALAGHAH  1
Oleh Bpk. Maman Dzul Iman M.A

Disusun Oleh:
         
Aziz Anwar
Putri Krismayanti

TARBIYAH/PBA-C/IV


KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI
CIREBON
2011





PENDAHULUAN
Balaghah merupakan ilmu yang membahas cara-cara menyusun kalimat yang baik dan bernilai tinggi menurut sastrawan dan salah satu tujuannya adalah untuk dapat berbicara atau menulis dengan teratur sesuai dengan kondisi dan situasi dan dengan cara yang indah.
Keindahan adalah merupakan sifat-sifatnya yang paling menonjol.keistimewaan yang nampak dan sasaran keindahannya ialah bahasa yang menampilkan khayalan indah, gambaran halus, dan menyentuh kepada bentuk-bentuk penyerupaan yang jauh antara beberapa hal.
Dalam kali ini, kami akan memaparkan tentang kalam dalam balaghah. Serta tujuannya. Kalam (kalimat) terbagi menjadi dua, yaitu, kalam khabar dan khalam insya. Masing-masing mempunyai makna, bagian,bentuk, serta tujuan yang berbeda. Maka dari itu, dalam makalah ini, semua itu, akan di paparkan dengan jelas.




















BAB I
PEMBAHASAN
A.   Pembagian kalam
Dalam pembagian kalam (kalimat), di bagi menjadi dua bagian, yaitu kalam khabar dan insya’.
1.      Tentang Hakikat Khabar[1]
kalam khabar adalah kalam yang mengandung kebenaran dan kedustaan karena dzat-Nya” .
Seperti contoh :
                                                                                                      العلم نافع
ilmu pengetahuan itu bermanfaat”
Dalam hal tersebut kita telah menetapkan sifat manfaat bagi ilmu pengetahuan, dan sifat itu tetap untuknya, baik kalimat itu di ucapkan atau tidak. Sedangkan kemanfaatan ilmu itu merupakan hal yang bisa di pahami secara nyata.
Yang di maksud dengan kebenaran khabar (shidqul khabar) ialah khabar itu sesuai dengan kenyataan dan keadaannya, sedangkan yang di maksud dengan kedustaan khabar (kizbul khabar) ialah ialah, khabar itu tidak cocok dengan kenyataannya.




Beberapa tujuan penyampaian khabar (berita)  
Karena dua tujuan inilah khabar atau berita itu disampaikan, yaitu :
a)      Memberi faedah kepada mukhatab tentang hukum yang di kandung oleh kalimat itu apabila ia belum mengerti. Hukum tersebut dinamakan faedah khabar, seperti contoh :                الدين المعاملة         agamamu adalah pergaulan”.
b)      Memberikan faedah kepada mukhatab bahwa mutakalim mengerti juga tentang hukum yang di ketahui mukhatab, seperti perkataan anda kepada seorang murid yang merahasiakan kelulusannya dalam ujian dan anda mengetahui dari jalan yang lain. Seperti contoh :        
انت نجحت فى الامتحان                             
 “ engkau lulus dalam ujian”
Dan terkadang kalam khobar itu disampaikan untuk tujuan-tujuan lain.
Yaitu mengharap belas kasih, contoh dalam perkataan nabi musa as :
رَبِّي إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِير
 “Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.”.
Dan dari contoh lain :
اني فقير الى عفو ربي
“sesungguhnya aku sangat membutuhkan kepada ampunan tuhanku”


dan menampakan kelemahan diri dan kekhusyukan , contoh perkataan Nabi Zakaria as.

رَبِّي إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي

” Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah.
Yang ke tiga menampakan penyesalan, kesedihan, kesusahan, contoh :
رَبِّي إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَى وَاللَّهُ أَعْلَم بِمَا وَضَعَتْ
 “Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu.”
Yang ke empat yaitu Menampakan kegembiraan masa akan datang  dan mencibir masa yang telah lalu,  contoh:
جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَق البَاطِلُ
 “Yang haq telah datang dan yang batil telah sirna.
Yang ke lima yaitu menampakan kegembiraan, contoh

أَخَذْتُ جَائِزَةَ التَّقَدُّمِ لِمَنْ يَعلمُ ذلكَ.

” aku memperoleh hadiah kemenangan. Bila dikatakan pada orang yg telah mengetahui hal tsb.
Yang ke enam, yaitu menggerakan cita-cita kepada hal yang mesti di capai, seperti contoh :
ليس سواء عالم وجهول
dan tidak sama orang yang pandai dan orang yang sangat bodoh”.
Dan yang terakhir, yaitu mengingat perbedaan antar beberapa tingkatan, seperti dalam contoh :
لا يستوى كسلان ونشيط،
tidak sama orang yang malas dan orang yang giat”
B.   Tatacara Mutakallim menyampaikan khabar kepada Mukhatab
Bahwa mukhatab itu mempunyai tiga macam kondisi, yaitu :
a.       Adakalanya ragu-ragu dalam hukum sekaligus ingin mengetahuinya. Maka yang baik adalah mengukuhkan kalimat yang disapaikan kepadanya untuk menguatkan hukum supaya hukum itu dapat masuk ke hatinya. Disamping itu agar perselisihan bisa di hilangkan. Seperti contoh :
انّ الأمير منتصر
sesungguhnya sang raja itu mendapatkan kemenangan”.
Khabar macam ini dinamakn thalabi.
b.      Adanya mengingkaru hukum yang disampaikan. Mhukatab berkeyaqinan sebaliknya. Oleh karena itu wajiblah mengukuhkan kalimat dengan satu perlengkapan pengukuhan, dua atau lebih banyak, sesuai dengan kekuatan dan kelemahan dari keingkrannya. Seperti contoh :
انّ اخاك قادم
“ sesungguhnya saudaramu datang “.
Khabar semacam ini dinamakan khabar inkari.
c.       Adakalanya kosong hatinya dari hukum. Dalam kondidi ini tidak perlu kalimatnya dikukuhkan. Sebaba tidak ada keperluan mengunguhkannya. Seperti dalam contoh, sebagai berikut :
اخاك قا ئم
“saudara mu berdiri”

الخبرُ إمَّا أنْ يكونَ جملةً فِعْلِيَّةً أو اسْمِيَّةً.

Kalam khobar itu baik berupa jumlah fi’liyah (fi’il+faa’il) atau jumlah ismiyah (mubtada’+khabar).
Kalam khobar jumlah Fi’liyah:
Diposisikan sebagai pemberi faidah kejadian pada masa tertentu beserta ringkas kalimatnya, seperti contoh :
اشرقت الشمس    وقد    ولىّ الضلام هاربا
“matahari telah terbit, sedangkan gelap berpaling dan lari”.
Dari contoh tersebut, tidaklah di ambil pengertian selain terbitnya matahari dan hilangnya kegelapan di masa yang telah lewat. Kadang-kadang jumlah fi’liyah mempunyai faedah berlangsungnya sesuatu hal yang baru dan secara evolusi dengan melihat keadaan dan dengan bantuan tanda-tanda yang menyertainya, bukan secara asal semula.


Kalam khobar jumlah ismiyah:
Diposisikan hanya sendirinya menetapkan almusnad (hukum) kepada almusnad ilaih (yg diberi hukum). Contoh
:
 الشمسُ مُضِيئَةٌ
matahari adalah yang bersinar terang benderang”.
Jumlah ismiyah itu memberikan faedah menurut asal semulanya untuk menunjukan tetapnya sesuatu untuk suatu makna, bukan lainnya, dengan tanpa melihat makna yang timbul secara baru dan berlangsung terus menerus. Seperti dalam contoh lain yaitu :

الارض متحرّكة
“ bumi itu bergerak”
Dari contoh tersebut tidak di ambil faedah suatu makna selaian tetapnya gerak bagi bumi dengan tanpa melihat timbulnya gerakan bumi itu secara baru. Akan tetapi terkadang jumlah ismiyah itu bisa keluar dari makna asal tersebut dan berguna untuk menunjukan makna terus menerus, dengan melihat beberapa tanda yang lain. Seperti keadaan kata yang menyanjung atau mencela :

وانّك لعلى خلق عظيم
“dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung “.
Perlu di mengertu, bahwasanya jumlah ismiyah tidaklah memberikan faedah makna tetap menurut ketentuan asal semulanya, dan juga tidak menunujukan makna terus menerus dengan sebab pertanda yang menyertainya, kecuali jika khabar dari julah itu berupa mufrad, seperti :

الوطن عزيز

“tanah itu mulia “.

C.   TENTANG KALAM INSYA DAN PEMBAGIANNYA
Kalam insya menurut pengertian etimologi adalah mewujudkan. Dan menurut pengertian terminologi dan istilah ulama balaghah, ialah :

ما لايحتملالصّدق والكذب لذته

“kalimat yang tidak mengandung kebenaran dan kedustaan bagi zatnya.”.
Dan dari buku lain di jelaskan, bahwa kalam insya adalah “suatu kalam yang tidak mengandung kemungkinan benar atau dusta itu di namakan kalam insya”.[2]
Kalam insya terbagi dua, yaitu : insya tholabi dan insya goiru tholabi. Adapaun insya tholabi yaitu menghendaki (mencari) makna yang belum berhasil. Kalam insya tholabi memiliki banyak pembagian, yaitu : 1) amr 2) nahi 3) Doa 4) nida 5) tamanni 6) istifham.


















KESIMPULAN
Dalam pembagian kalam (kalimat), di bagi menjadi dua bagian, yaitu kalam khabar dan insya’.
kalam khabar adalah kalam yang mengandung kebenaran dan kedustaan karena dzat-Nya” .
kalam insya adalah “suatu kalam yang tidak mengandung kemungkinan benar atau dusta itu di namakan kalam insya”.
Pembagian kalam insya, terbagi dua macam, yaitu :
a.       Insya tholabi
b.      Insya goiru tholabi



















DAFTAR PUSTAKA
Sofwan, sholihudin, cet. Pertama, “jauhirul maknun”, Jombang: Darul hikmah
Zuhri, M, 1994, “ terjemahan jawahirul balaghah”, “mutiara ilmu balaghah”, Surabaya; Mutiara Ilmu,
Imam Akhdlori, ilmu balaghoh, terj Moch Anwar (Bandung: al-Ma’arif, 1989)
Abd ar-Raḫman bin Muhammad al-Akhdlari Nazham Taqrirat Jauhar al-Maknun(Kediri: Raudlatul Ulum, tt)
احمد هاشمي۱۳٦٢–١٢۹٥ جواهرالبلاغة في المعاني والبيان والبديع  دارالكتب العلمية; بيرت




[1] Jawahirul balaghah hal. 45
[2] Jawahirul balaghah hal.48

Sabtu, 14 Mei 2011

khazanah ilmu



Pengertian & Sumber Tasawuf 




*    ETIMOLOGIS
Ø Tasawuf berasal dari kata “shafa” artinya “bersih” atau “suci”. Maksudnya orang yang mensucikan di hadapan Allah.
*    TUJUH ISTILAH ASAL TASAWUF
Ø Wol (as shof)
·        Wol itu di simbolkan sebagai jidup kesederhanaan
Ø Kelompok yang ahli ibadah (ahlus sufaha)
Ø Sifat terpuji (as shifat)
Ø Sofhos, dari yunani yang artinya hikmah/kebijaksanaan.
Ø Barisan (as shof)
·        Orang-orang yang ketika sholat jamaah, letak nya barisan palin depan
Ø Bersih (shofitun)
·        Orang-orang yang memiliki hati bersih dan suci
Ø Buah yang berbulu (as soufanah)
*    Pengertian tasawuf di lihat dari pengalaman-pengakaman rohani/amalan ibadah ketika berkomunikasi dengan Allah
*    Dasar-Dasar Tasawuf/sumber-Sumber
Ø Al Quran (memberi isyarat/petunjuk
Ø Amalan peribadatan dan sikaf nabi Muhammad
*  Pertumbuhan tasawuf dimulai dari nabi Muhammad yang begitu sederhana

SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF



Rounded Rectangular Callout: Pemikiran :
Zuhud, Wara’, Khauf, Ahli Ibadah, Mahabah.
 


A.   ABAD I DAN II                               
*    MASA SAHABAT
v Abu Bakar R.A
v Umar R.A
v Ustman R.A
v Ali R.A




*    MASA TABI’IN (II H)
v Hasan Al-Bashari
v Robiah Al-Adawiyah
v Sufyan Al-Suri
v Syaqiq Al-Bachkiy
v Quzaifa Al-Yamani








Cloud Callout: Hulul,
Fana’ dan baqa’
Ma’rifat
 


B.    ABAD KE III H
*    Abu Sulaiman Ad-Darani
*    Ahmad Bin Al-Hawary
*    Dzun Yazid Al-mishry
*    Abu Yazid Al-Bustomi
*    Zunaid Al-Baghdadi
*    Al-Hally



C.    ABAD KE IV H
*    Musa Al-Anshory
*    Abu Hamid Bin Muhammad Ar-Rubarry
*    Abu Zaid  Al-Adamy
*    Abu Ali Muhammad Bin Abdil Khatab

Flowchart: Punched Tape: • Kematangan tasawuf dalam memajukan tasawuf psikologi dan metafisika,
• Syariat, thoriqot, haqiqot, ma’rifat 









D.   ABAD KE V H (sama seperti abad ke I)
*    Abu Hamid Al-Ghozali
*    Al-Qusyairy


E.    ABAD KE VI H
*    As-Suhrawardi Al-Maqtul
*    Al-Ghoznawi





Explosion 2: • Adanya pertentangan antara ahli dhohir dan bathin dan madzhab syiah …
• Memadukan ahli dhohir dan bathin



Rounded Rectangle: - Pengaruh filsafat ke tasawuf
- Pengembangan tasawuf abad ke 3 H
- Perlawanan terhadap tasawuf
- Minat terhadap tasawuf berubah
 


















F.    ABAD KE VII H
*    Uzair Ibnu Farid
*    Ibnu Sab’in
*    Ibnu Arobi
*    Jalaludin A-Rumi


Rectangular Callout: Awal Kemunduran Tasawuf
 


G.   ABAD KE VIII H
*    Abdul Karim Al-Jilly
*    Ibnu Taimiyah


H.   ABAD KE IX dan SESUDAHNYA 


Cloud Callout: Kemunduran 
Tasawuf 









Tasawuf Akhlaqi          







Ø PENGERTIAN
ü Tasawuf yang di arahkan untuk pembentukan kehalusan budi & akhlaqul karimah dengan memperbanyak ibadah
Ø SUMBER
ü Al-quran
ü As-Sunah
ü Amalan Soleh para Sahabat
Ø METODE
ü Membiasakan Amal yang baik, melenyapkan akhlak tercela
ü Penyucian Jiwa
Ø TOKOH
ü Hasan Al-Bashri
ü Al-Munasibi
ü Al-Qusyairy



Ø DOKTRIN
ü Zuhud
ü Kahuf dan Raja’
ü Ma’rifat
Ø CIRI-CIRI
ü Merujuk kepada Al-Quran & As-Sunah
ü Steril dari pengaruh filsafat
ü Mensinergikan syariat dan hakikat
ü Penyucian jiwa & pembentukan akhlaqul karimah


Hubungan Tasawuf dengan Kalam dan Filsafat 




A.   PERSAMAAN
v Tasawuf     : Membicarakan tuhan
v Kalam        : Membicarakan Tuhan
v Filsafat      : Mebicarakan Tuhan, Manusia, Alam   
B.     PERBEDAAN
Berada dalam Fungsi dan Metode
v Tasawuf     : Merasakan kehadiran/kedekatan tuhan,
-        dengan metode instuisi (kedalaman jiwa/hati)



v           Kalam    : menyakinkan kehadiran tuhan dan sifat  sifatnya,
-        Dengan metode Dialog keagamaan (dialektika/mujadalah).
v            Filsafat    : membuktikan adanya tuhan dan   membuktikan kebenaran tuhan
-        Dengan metode empiris dan rasional (kefilsafatan) dari filosof yunani  seperti plato, pytaghoras tentang Emanasi/pancaran  (cahaya)
-        Meminjam metode filsafat ked ala, tasawuf


32-Point Star: Tidak ada pertentangan, semua saling mendukung dan menguatkan
 

















Up Ribbon: TASAWUF
 IRFANI
 






*    PENGERTIAN
·        Tasawuf yang berusaha menyingkap hakikat keberanian atau ma’rifat yang di peroleh dengan tidak melalui logika atau pembelajaran atau pemikiran tetapi melalui pemberian tuhan.
·        Dengan menggunakan method intuisi
*    TOKOH & AJARAN NYA
·        Robiah Al-Adawiyah  (Mahabbah)
·        Dzun Nun Al-Misri (Ma’rifat)
·        Abu Qosini Al-junaidi ( fana dalam tauhid)
·        Abu Yazid Al-Bustomi (fana dalam Ittihad)
·        Abu Mughits Al Husain Al Badhowi Al Halaj ( fana dalam hulul)
*    CIRI NYA
·        Membicarakan tentang akhlak,sikaf perbuatan dan fase-fase
·        Pengetahuan intuitif, hubungan langsung dengan Allah
·        Melakukan kesirnaan diri (fana) di dalam hakikat mutlaq Allh dan pencapaian sebuah ketentraman hati dan kebahagiaan
·        Penggunaan kata-kata simbolis dalam mengungkapakan hakikat tasawuf.

*    TINGKATAN (MAQOMAT)            
·        Cloud Callout: Taubat dari dosa,haram,makruh,syubhat,, zuhud, tidak ada syahwat terhadap dunia, dan sabar, yaitu tahan diri, pasrah pada Allah, sedangkan ridho, ialah rela kepada allahTaubat
·        Juhud
·        Sabar
·        Tawakal
·        Rido
·        Mahabah
·        Ma’rifat
·        Fana dan baqo
·        Hulul
·        Wahdatul wujud
·        Ittihad
*    HAL/AHWAL
·        Muroqobah
·        Mahhabah
·        Khouf
·        Syouq
·        Roja
·        Thumaninah
·        Yaqin